Jakarta – Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara dengan potensi bencana yang cukup banyak, hal ini tidak terlepas dari posisi Indonesia yang merupakan wilayah Sirkum pasifik atau biasa di sebut dengan Cincin Api Pasifik.
Bertemunya banyak lempeng tektonik inilah yang kemudian membuat posisi Indonesia menjadi daerah yang rawan dengan bencana Alam.
Berdasarkan pada hal tersebut dan dengan telah banyaknya kejadian Bencana alam di Republik ini, lembaga Tanggap Bencana dan Perubahan Iklim PERINTIS merasa perlu memberikan edukasi terhadap masyarakat luas agar lebih tanggap dan sigap dalam menghadapi setiap bencana yang terjadi. Bertempat di kedai WARUNG SEDULURAN di jalan raya KSU Depok (07/09/2022), dalam sebuah diskusi rutin yang diberi nama KOPIAH SOEK (Kopi dan pemikiran masalah sosial kemanusiaan) lembaga Tanggap Bencana dan Perubahan Iklim PERINTIS menyelenggarakan kegiatan edukasi dalam penanganan tanggap bencana.
Dalam kesempatan perdana ini adapun tema yang diangkat adalah tentang Pengelolaan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK).
Dalam catatan Hunter yang dibuat pada tahun 2018 mengidentifikasi tiga dimensi komunitas yaitu: Ekologis ( ruang dan waktu), struktur sosial (Jaringan dan interaksi), dan budaya simbolik (identitas, norma dan nilai). Selain itu Hunter juga membuat kualifikasi komunitas antara lain :
- Place Based Community (komunitas berbasis tempat) dalam pendekatan ini, komunitas adalah totalitas individu dan struktur sosial dalam lokasi geografis tertentu. Dalam hal ini fokusnya adalah spesifikasi tempat, biasanya sebuah desa, atau daerah perumahan dan masyarakat termasuk semua penghuni lokasi.
- Komunitas berbasis interaksi, hal ini merujuk pada interaksi antara orang-orang yang bisa dikonseptualisasikan sebagai jejaring sosial. Komunitas ini berbasis pada interaksi terkait erat dengan konsep modal sosial.
- Komunitas praktik dan minat: komunitas ini merujuk pada jaringan khusus para pelaku yang terlibat dalam aksi bersama dan berbagi, menyelaraskan kegiatan ke arah tujuan bersama.
Yusuf Dullahi selaku Direktur Eksekutif lembaga Tanggap Bencana dan Perubahan iklim PERINTIS mengutarakan, saat ini ia mengapresiasi dengan banyak nya komunitas-komunitas tanggap bencana yang lahir dan telah turut serta dalam penanganan bencana-bencana yang telah terjadi di negara tercinta ini. Kedepan ia berharap, dengan masifnya kegiatan edukasi pengelolaan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK) ia berharap dapat menurunkan kerentanan dan meningkatkan kapasitas pengetahuan masyarakat dalam menghadapi Bencana yang pada akhirnya akan bermuara pada MASYARAKAT YANG TANGGUH DALAM MENGHADAPI BENCANA.
Di tempat yang sama, Usman Sadikin, S.H., MHum. Selaku Dewan Pembina dari lembaga tanggap bencana dan perubahan iklim PERINTIS Menambahkan, edukasi terhadap masyarakat tentang kebencanaan menjadi sangat penting agar dapat menambah pengetahuan masyarakat luas, bahwa penanganan Bencana Alam tidak sepenuhnya kita limpahkan kepada Pemerintah semata, namun merupakan kewajiban kita bersama selaku saudara satu bangsa. Selain itu, usman Sadikin juga menambahkan, kebersamaan kita selaku masyarakat satu bangsa di harapkan dapat terpupuk semakin erat di kehidupan sosial dalam menanggulangi bencana yang terjadi di bumi Pertiwi ini secara bersama-sama.